Al-FaSya
Al-FaSya
Admin
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Biografi Imam Ibnu Malik



Tentang Imam Ibnu Malik dan Kota Kelahirannya

Mengenal pengarang kitab Nadzom Alfiyah yang kitabnya sangat populer di dunia pesantren.

Imam Ibnu Malik memiliki nama lengkap Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah ibnu Malik At-Thay.
Beliau lahir pada tahun 597 H di Jayyan, kota kecil daerah kekuasaan Andalusia (Spanyol). Dan wafat pada malam Rabu tanggal 12 Sya'ban 672 Hijriyah di Damaskus, ibu kota Syiria (Syam).

Imam Ibnu Malik termasuk ulama yang lengkap keilmuannya, di samping hafal Al-quran, beliau juga menjadi imam dalam ilmu Qiroat. Akan tetapi, beliau lebih populer sebagai ulama dalam bidang ilmu bahasa Arab yakni ilmu Nahwu dan Shorof lantaran kitab Alfiyahnya.

Beliau terkenal dengan nama yang dinisbatkan kepada nama kakeknya yaitu Ibnu Malik. Karena kakek beliau memang termasuk orang yang terkenal pada zamannya.

Kota Andalusia (Spanyol) tempat di mana Imam Ibnu Malik dilahirkan, pada saat itu mayoritas penduduknya muslim dan sangat cinta kepada ilmu. Mereka Berpacu dalam bidang pendidikan, bahkan dalam tulis-menulis dan karang-mengarang buku-buku ilmiah. Di samping itu kota Andalusia juga merupakan kota yang subur dan banyak menghasilkan aneka buah-buahan.

Terbentang dari Syam sampai Andalusia terdapat 40 sungai besar, 80 kota besar dan 300 kota sedang. Juga terdapat desa-desa kecil dan beberapa benteng pertahanan yang tak terhitung banyaknya.

Dapat dibayangkan betapa kuatnya kaum muslimin dalam mengantisipasi dan mempertahankan serangan-serangan yang datang dari luar pada saat itu.

Namun tidak demikian dengan pertahanan dari dalam, mereka saling memfitnah antar golongan, antar ras, dan konflik antar suku, sehingga saling terjadi permusuhan dan perpecahan.

Keadaan semacam inilah yang memunculkan potensi keroposnya pertahanan dari dalam, dan mudah sekali disusupi oleh pihak-pihak lain yang bertujuan menghancurkannya.

Situasi yang demikian itu membuka peluang bagi Spanyol untuk masuk dan menguasai, apalagi Spanyol pada abad VII sudah menguasai sejumlah benteng dan kota-kota besar, antara lain Lausiyah, Marida, Ptoleus tahun 622 H, kepulauan Mauruq tahun 627 H, Qoroba tahun 633 H, Syati'ah tahun 635 H, Valensia tahun 636 H, Marsaile dan Seville tahun 645 H.

Sementara kaum muslimin hanya menguasai Granada dan sekitarnya, selain itu kekuasaan Dinasti Muwahhidin juga lemah. Sedangkan beberapa negara bagian di Tunis dan sekitarnya hanya bisa membantu kaum muslimin sewaktu mereka memintanya saja.

Oleh Spanyol yang mayoritas kaum Nasrani situasi semacam itu dimanfaatkan, sehingga mereka mampu menghancurkan dan memporak-porandakan agama, tradisi, dan kebudayaan daerah Andalusia pada saat itu.

Akhirnya nama kota lautan ilmu Andalusia tergeser dengan sebutan baru yang lebih terkenal, yaitu Spanyol yang mayoritas penduduknya beragama nasrani.

Nama Andalusia yang terkenal dengan kota ilmu dan menelurkan beberapa ilmuwan serta sarjana muslim pada zamannya, sekarang hanya tinggal sejarah dan kenangan belaka.


Masa-masa Belajar

Imam Ibnu Malik mulai belajar dasar-dasar ilmu agama di kota kelahirannya, kemudian berpindah ke kota Halb dalam rangka meningkatkan jenjang pendidikannya. Di sana beliau mulai mengenal ilmu Lughot, ilmu mazhab fikih dan sebagainya.

Setelah menginjak dewasa, beliau menunaikan ibadah haji dan diteruskan dengan menimba ilmu ke Damaskus, ibu kota Syiria (Syam).

Di Damaskus beliau berguru kepada beberapa ulama tentang berbagai ilmu. Pengetahuannya bertambah banyak, baik dari segi ilmu lughot Arab, tafsir, fiqih, hadits, mazhab, dan sebagainya. Bahkan madzhab beliau yang semula bermazhab Maliki setelah di Damaskus beralih menjadi madzhab Syafi'i.

Setelah dari Damaskus beliau berangkat ke Aleppo. Di kawasan dua Kota Ini nama Ibnu Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuwan, karena kecerdasan dan kepandaiannya.


Di antara guru-guru Imam Ibnu Malik: 
  • Syekh Ali As-Syalaubini (w. 645 H)
  • Syekh As-Sakhawi (w. 643 H)
  • Syekh Ibnu Ya'isy al Halaby (w. 643), pengarang ilmu lughot Arab kitab Syarah Mufassol.
  • Tsabit Bin khiyar
  • Ibnu Hajib

Imam Ibnu Malik meskipun tergolong orang yang sangat Alim tapi jarang sekali orang lain yang menghendaki menjadikan beliau sebagai gurunya, walaupun akhirnya beliau mempunyai beberapa murid yang juga terkenal keilmuannya.

Diceritakan bahwasanya beliau pernah melamar mengajar di Madrasah. Beliau berkata:

“Apakah ada di antara kalian yang menghendaki belajar kepadaku tentang ilmu hadits, Arab, ilmu Nahwu, Shorof? Sungguh aku akan ikhlas dalam mengajar.”

Namun tidak ada yang berani bersuara, sehingga beliau meneruskan perkataannya, “Aku telah lepas dari bahayanya menyembunyikan ilmu.”

Beliau pernah menjadi kepala Madrasah Diniyah di Damaskus. Beliau juga banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori madzhab Andalusia yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu. Teori nahwiyah semacam ini kemudian banyak diikuti oleh murid-murid beliau.


Di antara murid-murid Imam Ibnu Malik:
  • Ibnu Athar
  • Ibnu Nuhas
  • Al-Mizzi
  • Az-Dzahabi
  • As-Syairafi
  • Qadli al-Qudlat Ibnul Jama'ah
  • Imam Abu Zakaria Muhyiddin an-Nawawi, yang terkenal dengan nama Imam Nawawi, merupakan Imam dalam ilmu fiqih yang memiliki banyak karangan kitab fiqih. Oleh Imam Ibnu Malik digambarkan dalam bait alfiyahnya:
ورجل من الكرام عندنا
“Laki-laki dari golongan orang mulia itu berada di dekatku.”

  • dan putra beliau sendiri, Badruddin.
Dan murid-murid beliau pada akhirnya banyak yang menjadi tokoh dan ulama besar.


Untuk menguatkan teori-teori nahwunya, Imam Ibnu Malik senantiasa mengambil saksi (syahid) dari teks-teks Alquran. Kalau tidak didapatkan dalam Alquran, beliau menyajikan teks Hadits, kalau tidak didapatkan juga beliau mengambil syahid dari syair-syair sastrawan Arab kenamaan.

Semua pemikiran yang diproses melalui paradigma ini dituangkan dalam kitab-kitab karangannya, baik berbentuk nadzom (syair) atau berbentuk natsar (prosa). Secara objektif, karangan Imam Ibnu Malik lebih baik dan lebih indah daripada karangan para tokoh-tokoh pendahulunya.

Di antara sifat keteladanan Imam Ibnu Malik yang perlu dicontoh adalah:

  • Beliau tidak pernah mempelajari ilmu dalam keadaan hadats.
  • Beliau selalu menghadap kiblat bila mengajar pada para muridnya, sementara kelas tempat belajar para muridnya menghadap ke arah beliau. Itu dilakukan karena beliau meniru gaya gurunya yaitu Syekh Ibnul Hajib.
Selanjutnya baca juga perihal karya beliau: Sekelumit Tentang Alfiyah Ibnu Malik ...

Berbagi

Posting Komentar